Catur Marga adalah empat jalan/cara,
Catur Yoga adalah empat cara mempersatukan diri dengan Tuhan.Ajaran Tri Marga,
Catur Marga dan Catur Yoga sangat berdekatan, hanya berbeda istilanya saja.
Marga berarti jalan sedangkan Yoga berarti penyatuan, penghubungan yang berasal
dari kata “Yuj” yang artinya berhubungan. Ajaran Tri Marga, Catur Marga dan
Catur Yoga adalah sama, hanya sebutannya yang berbeda.
Bagian-bagian Catur Marga
A. Jnana Marga Yoga
Jnana artinya kebijaksanaan filsafat
atau ilmu pengetahuan. Jadi Jnana Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai
persatuan Atman dan Brahman berdasarkan atas ilmu pengetahuan atau
kebijaksanaan filsafat kebenaran.
Menurut Upanisad pengetahuan seorang
bijaksana (Jnanin) dapat dibagi atas dua bagian yaitu Apara Widya dan Pari
Widya. Apara Widya adalah pengetahuan dalam tingkat kemewahan suci
(ajaran-ajaran suci Weda) sedangkan Pari Widya adalah pengetahuan tingkat
tinggi tentang hakikat kebenaran Atman dan Brahman. Jadi Apara Widya adalah
dasar untuk mencapai Pari Widya. Seorang Jnanin memiliki pengetahuan untuk
mencapai kebenaran yang sempurna, dengan Wiweka (logika) yang dalam mereka
benar-benar bisa membedakan yang kekal dan tidak kekal, sehingga bisa
melepaskan yang tidak kekal dan mencapai kekekalan yang sempurna.
“Alangkah cepat dan pendeknya
kehidupan sebagai manusia ini, tak bedanya dengan sinarnya kilat dan sangat
susah pula untuk didapat. Oleh karena itu berusaha benar-benarlah untuk berbuat
(sadhana) berdasarkan kebenaran (dharma) untuk menghapuskan kesengsaraan hidup
guna mencapai sorga” (Sarasamuscaya II-14)
“Ia yang pikirannya tidak digoyahkan
dalam keadaan dukacita dan bebas dari keinginan-keinginan ditengah-tengah
kesukacitaan, ia yang dapat mengatasi nafsu, kesesatan dan kemarahan, ia
disebut seorang yang bijaksana” (Bhagawad Gita II-56)
B. Karma Marga Yoga
Karma adalah perbuatan. Jadi Karma
Marga Yoga adalah jalan untuk mencapai kesatuan atman dan Brahman melalui kerja
atau perbuatan tanpa ikatan, tanpa pamrih, tulus dan ikhlas, penuh dengan amal
kebajikan dan pengorbanan. Dalam Karma Marga Yoga, perbuatan dan kerja
merupakan suatu pengembalian dengan melepaskan segala hasil atau buah dari
segala perbuatan dan segala yang dikerjakannya. Dengan melakukan amal kebajikan
tanpa pamrih, akan dapat mengembalikan emosi dan melepaskan atma dari ikatan
duniawi.
Seorang Karmin dapat melepaskan diri
dari ikatan karma wasana dan karma phala nya, terbebas dari unsur-unsur maya,
sehingga mencapai kesempurnaan dan kebebasan tertinggi (moksa)
“Bukan dengan jalan tiada bekerja,
orang dapat mencapai kebebasan dari perbuatan. Juga tidak hanya melepaskan diri
dari pekerjaan, orang akan mencapai kesempurnaannya." (Bhagawad Gita
III-4)
“Serahkanlah segala pekerjaan
kepadaku, dengan memusatkan pikiran kepada atma, melepaskan diri dari
pengharapan dan perasaan keakuan, dan berjuanglah kamu, bebas dari pikiranmu
yang susah” (Bhagawad Gita III-30)
“Bekerjalah kamu selalu, yang harus
dilakukan dengan tiada terikat olehnya, karena orang mendapat tujuannya yang
tertinggi dengan melakukan pekerjaan yang tak terikat olehnya” (Bhagawad Gita
III-19)
Jadi seorang Karmin dalam
kehidupannya selalu bekerja tanpa pamrih, mengutamakan pengabdian dan
pengorbanan, sehingga hidupnya tidak akan mungkin sia-sia di dunia ini, sebab phala
pengorbanan dan pengabdiannya mendapatkan kesempurnaan lahir bathin dan moksa.
C. Bakti Marga Yoga
Bakti adalah cinta, dalam hal ini
Bhakti adalah cinta yang mendalam kepada Tuhan. Jadi Bakti Marga Yoga adalah
jalan untuk mencapai kebebasan dan kesatuan atman dan Brahman berdasarkan atas
cinta dan sujud bakti terhadap Tuhan. Orang suci melakukan sujud bakti atas
dasar kecintaannya yang suci murni, tulus ikhlas terhadap Tuhan akan
mendapatkan penerangan suci karena Tuhan merahmatkan tuntunan kepadanya
sehingga bakti tersebut melekat dan membathin berdasarkan ajaran Tuhan, bebas
dari segala noda dan dosa. Seorang Bhakta tidak mungkin akan melakukan
perbuatan jahat atau buruk dan segala hasil usahanya semua diperuntukkan kepada
Tuhan.
“Orang saleh yang menyembah aku
adalah empat macam yaitu, orang yang mencari kekayaan, orang yang bijaksana,
orang yang mencari pengetahuan dan orang yang dalam keadaan susah, Oh Arjuna”
(Bhagawad Gita VII-16)
“Diantara ini, orang yang bijaksana
yang selalu terus menerus bersatu dengan Hyang Suci, kebaktiannya terpusat
hanya kesatu arah (Tuhan) adalah yang terbaik. Sebab aku kasih sekali kepadanya
dan dia kasih kepadaku” (Bhagawad Gita VII-17)
“Dengan bentuk apapun juga mereka
bakti kepadaku (Bhakta), yang dengan kepercayaan bermaksud menyembah aku
(dengan Sraddha), kepercayaan itu aku tegakkan” (Bhagawad Gita VII-21)
Diantara jalan dan cara yang
ditempuh oleh umat manusia untuk mencapai kebebasan yang sempurna dan persatuan
atman dan brahman, maka jalan Bakti Marga Yoga adalah jalan yang paling mudah
dan banyak dilakukan/ditempuh oleh manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Yang
terpenting bagi seorang Bhakta adalah penyerahan diri sepenuhnya dan sujud
bhakti pada Tuhan.
D. Raja Marga Yoga
Raja Marga Yoga adalah jalan untuk
mencapai kebebasan yang sempurna berdasarkan pelaksanaan Tapa Brata Yoga
Semadhi. Tapa dan Brata merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi
(nafsu) sedangkan Yoga dan Semadhi adalah latihan untuk dapat menyatukan atman
dengan brahman (Tuhan) dengan melakukan konsentrasi yang setepat-tepatnya dalam
ketenangan suasana semadhi yang sempurna. Seorang Raja Yoga akan dapat
menghubungkan dirinya dengan Tuhan misalnya dengan melakukan Astangga Yoga
yaitu delapan jalan untuk melakukan Yoga untuk mencapai Moksa, yaitu :
a. Yama (Larangan) yaitu disiplin
penahanan diri terhadap keinginan atas nafsu
b. Nyama (Suruhan) yaitu beradat yang baik dengan
memupuk kebiasaan-kebiasaan yang baik.
c. Asana yaitu mengatur sikap duduk
yang baik
d. Pranayama yaitu mengatur pernafasan
yang sempurna dan teratur. Puraka (menarik nafas), Kumbaka (menahan nafas), Recaka
(menghembuskan nafas).
e. Pratyahara yaitu mengontrol dan
mengembalikan semua indrya, sehingga dapat melihat sinar-sinar suci.
f. Dharana yaitu usaha-usaha untuk
menyatukan pikiran dengan Tuhan.
g. Dhyana yaitu usaha-usaha untuk
menyatukan pikiran dengan Tuhan yang tarafnya lebih tinggi daripada Dharana.
h. Semadhi yaitu persatuan Atman dengan
Brahman (Tuhan).
Lima yang pertama merupakan bantuan
luar daripada Yoga. Dengan melakukan Astangga Yoga, seorang Raja Yoga (Yogin)
akan dapat menerima wahyu (Sruti) melalui pengamatan intuisinya yang telah
mekar dan dapat pula mengalami Jiwan Mukti, dan selanjutnya setelah meninggal
atmanya akan bersatu dengan Tuhan.
“Seorang Yogin harus tetap
memusatkan pikirannya kepada atma yang maha besar (Tuhan), tinggal dalam
kesunyian dan tersendiri, bebas dari angan-angan dan keinginan untuk memilikinya”
(Bhagawad Gita VI-10)
“Karena kebahagiaan tertinggi datang
pada Yogin, yang pikirannya tenang, yang nafsunya tidak bergolak, yang
keadaannya bersih dan bersatu dengan Tuhan (Moksa)” (Bhagawad Gita VI-27)
Demikianlah cara atau jalan yang
dapat dituruti, dilaksanakan oleh manusia sebagai tuntunan baginya untuk
mencapai tujuan hidupnya yakni menikmati kesempurnaan hidup yang disebut Moksa.
Keempat jalan dan cara diatas semuanya adalah sama, tiap-tiap jalan meletakkan
dasar dan cara-cara tersendiri. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah,
semuanya baik dan utama, tergantung kepribadian, watak, kesanggupan dan bakat
manusia masing-masing. Semuanya akan mencapai tujuannya asal dilakukan dengan
pernuh kepercayaan, ketekunan dengan tulus ikhlas, kesujudan, keteguhan iman
dan tanpa pamrih.
“Dengan jalan bagaimanapun ditempuh oleh manusia
ke arahku, semuanya aku terima dan memenuhi keinginan mereka, melalui banyak
jalan manusia menuju jalanku, Oh Prtha” (Bhagawad Gita V-2)
Tags:
Etika,
Tattwa,
Upacara/Upakara
0 komentar: