1. Sejarah Perkembangan Agama Hindu di India
Istilah ‘Hindu’ diberikan oleh orang-orang asing yang datang
ke India, seperti: Arab, Persia, Yunani. Yang dimaksud Hindu oleh mereka,
adalah orang-orang yang mendiami daerah lembah sungai Sindhu, termasuk agama
dan kebudayaan yang dianut. Istilah ‘Hindu’ untuk pertama kali secara resmi
dipakai oleh raja-raja yang memerintah di Kerajaan Wijayanagar pada ke-15 M.
Orang-orang Hindu menyebut agamanya Waidika Dharma atau Agama Weda, karena berumber
pada Weda. Agama Weda didasarkan pada sastra-sastra yang sangat banyak jumlah
dan jenisnya; keseluruhan sastra-sastra itu disebut Weda (Pengetahuan Suci).
Berikut
ini Sejarah Agama Hindu di India :
1.
Peradaban Lembah Sungai Sindhu
(2.500 – 1.500 SM)
2.
Zaman Weda (1.500 – 800 SM)
3.
Zaman Brahmana (800 SM – 200 M)
4.
Zaman Purana (200 – 700 M)
5.
Zaman Pembaharuan (700 – 1.200 M)
6.
Zaman Gerakan Bhakti (1.200 – 1.800 M)
7.
Gerakan Hindu Modern (1.800 –
Sekarang)
Berikut
diuraikan sejarahnya :
1.
PERADABAN
LEMBAH SUNGAI SINDU (2.500 – 1.500 SM)
Ditemukan peninggalan purbakala di daerah lembah Sungai
Sindhu di distrik Sind di daerah Mahenjodaro dan di distrik Punjab Barat di
daerah Montgomery pada tahun 1921.
Ciri-ciri
yang menonjol adalah adanya pemujaan kepada Mother Goddess (Dewi Ibu). Mereka
percaya bahwa Mother Goddes atau kekuatan perempuan (Shakti) merupakan sumber
dari semua ciptaan. Mereka juga memuja Male God, dalam wujud Siwa sebagai
Mahayogi dan Siwa Pasupati atau dewa penguasa binatang buas. Hal ini sesuai dengan
atribut yang dikenakan seperti Trinetra (bermata tiga) dan Trisula. Mereka juga
memuja Siwa-Lingga. Wujud Lingga ini sampai sekarang dipuja. Mereka percaya
bahwa batu dan pohon didiami oleh roh halus baik yang jahat maupun baik
(animisme) Binatang seperti: lembu, harimau, Garuda juga dipuja.
2. ZAMAN WEDA (1.500 – 1.000 SM)
2. ZAMAN WEDA (1.500 – 1.000 SM)
Peradaban Lembah Sungai Sindhu kemudian dilanjutkan oleh
suku Bangsa Arya, yang memasuki India dari Barat-Laut, menetap di Lembah Sungai
Sindhu dan Saraswati. Sastra-Sastra yang tertua dari bangsa Arya, yaitu kitab
suci Weda, tidak diketahui tarikh tahunnya. Kata weda berasal dari urat kata
wid, yang artinya ‘pengetahuan’ atau ‘mengetahui’. Weda terdiri dari kitab
Sruti dan Smrti. Weda Sruti: Catur Weda, yaitu Rig Weda, Sama Weda, Yajur
Weda,dan Atharwa Weda. Weda Smrti, seperti: Ayur Weda, Dharma Weda, Dhanur
Weda, dll
3. ZAMAN WEDA KUNO (RIG WEDA)
Pada zaman ini orang-orang Arya memuja kekuatan dan
manifestasi dari alam, misalnya: pemujaan Surya (langit), Indra (halilintar), Parjanya
(awan), Wayu (angin), Marut (angin ribut), Agni (api) dll. Konsep Ketuhanan
mereka adalah henotheisme atau kathenotheisme. Meraka kemudian memanusiakan dan
mewujudkannya sebagai Dewa. Jumlah dewa yang dipuja pada zaman ini sebanyak 33
dewa. Waruna merupakan dewa yang paling mulia, pemimpin para dewa, maha tahu,
penguasa alam semesta. Indra adalah dewa yang paling banyak dipuja, hampir 25%
nyanyian pujian pada Rig Weda dtujukan kepada Indra. Agama Rig Weda tidak
mengajarkan umat menyembah, membuat patung, membuat kuil tempat pemujaan.
Mereka sembahyang di tempat terbuka.
4. ZAMAN WEDA
BARU
Pada zaman ini dijumpai kitab: Sama Weda, Yajur Weda, dan
Atharwa Weda, termasuk Wedanta, yang semuanya wahyu dari Tuhan, yang
dikodifikasi oleh Bhagawan Abhyasa. Pada zaman Sama Weda: mantra-mantra sloka
dari Rig Weda mulai dinyanyikan pada upacara yajna. Nyanyian suci
dikodifikasikan dalam bentuk kitab Sama Weda. Pada zaman Yajur Weda, disusun
cara-cara melakukan upacara yajna (kurban suci). Kedudukan Yajna pada zaman ini
sangat penting. Yajna dipandang sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai
moksa. Selama upacara yajna berlangsung ketiga kitab suci (Trayi Weda), yakni:
Riga, Sama, dan Yajur Weda harus dibawa dan dinyanyikan mantranya oleh
Brahmana. Demikian juga pelaksanaan upcara harus sesuai dengan Yajur Weda. Pada
zaman Atharwa Weda, bangsa Arya menemukan mantra-mantra gaib untuk melawan ilmu
sihir, penyakit, serta tata cara pemakaman jenazah.
5. ZAMAN
BRAHMANA(800 – 300 SM)
Pada zaman ini pengkodifikasian kitab-kitab suci Weda sudah
selesai. Para Rsi sudah tidak lagi mendapat wahyu lagu. Orang orang Arya sudah
mulai menyebar ke arah Timur. Pada zaman ini pula, Catur Weda mulai ditafsirkan
oleh para Rsi. Tafsiran kitab-kitab Weda ini disebut kitab-kitab Brahmana.
Pembagian warna dalam arti kasta sudah mulai berkembang, tanah-tanah dikuasai
oleh golongan bangsawan. Upacara agama yang besar, megah, dan mahal berkembang,
dilakukan oleh golongan aristokrat, akibatnya golongan Brahmana pun menjadi
penting. Zaman Brahmana, dibagi dalam 3 (tiga) zaman, yaitu
1. Zaman Kejayaan Hindu
2. Zaman Kemunduran Hindu
3. Zaman Kebangkitan Hindu.
6. ZAMAN
KEJAYAAN HINDU(800 – 600 SM)
Spirit keagamaan mengalami perubahan, tidak ada lagi
upacara2 kecil, melainkan upacara yajna besar dan rumit, sehingga golongan
Brahmana memiliki kekuasaan dan mendapat perlakuan istimewa. Upacara meliputi:
mulai dari manusia dalam kandungan sampai meninggal, bahkan sampai yajna yang
berhubungan dengan roh yang telah meninggal. Upacara yang terbesar adalah
Aswamedhayajna, korban kuda, memakai ratusan Brahmana, serta mengorbankan
binatang dalam jumlah banyak. Pada zaman Aranyaka muncul ajaran bertapa atau
meditasi dalam usaha menguak misteri semesta. Pada zaman Upanisad muncul ajaran
yang berdasarkan filsafat dan logika. Ajaran dituangkan dalam kitab-kitab
Upanisad. Ada beberapa konsepsi penting yang ditemukan para Rsi yang membaca
kitab-kitab suci di hutan(1)Alam semesta diciptakan dari yajna dan dipelihara
dengan yajna, (2) Konsep Brahman – Atman, Samsara (punarbhawa), (3)Karma,
samsara (punarbhawa), dan moksa.
7. ZAMAN
KEMUNDURAN HINDU(600 – 300 SM)
Muncul protes dan perlawanan yang menentang ajaran Brahmana,
yang mengajarkan upacara yajna, berbagai ritual serta pembunuhan bermacam-macam
binatang dalam jumlah yang tidak sedikit, dengan biaya mahal.. Gerakan
perlawanan ini dipimpin oleh para penganut Buddha, Jaina, Carwaka, dll, yang
menolak wewenang dan otoritas kaum Brahmana. Mereka menentang ritual-ritual
yang bersumber pada Weda. Sebaliknya mengajarkan, mengagungkan etika
tapa-brata, dan penebusan dosa dg disiplin ketat untuk mencapai moksa (bebas
dari kelahiran dan kematian). Agama Buddha begitu cepat meluas, ke seluruh
masyarakat yang beragama Brahmana. Yang masih taat agama Hindu kebanyakan kaum
Brahmana. Pada zaman ini Hindu pecah menjadi 2 (dua) yaitu: Golongan
Heterodoks/rasionalis: penganut Buddha, Jaina, Carwaka dsb dan Golongan
Orthodoks: penganut Brahmana
8. ZAMAN
KEBANGKITAN HINDU(300 – 200 SM)
Pushyamitra seorang Brahmana yang memimpin perlawanan
penganut agama Brahmana menyerang penganut Buddha dan golongan rasionalis. Ia
menghidupkan kembali upacara Aswamedhayajna. Dalam perlawanan menentang agama
Buddha, agama Brahmana (Hindu) pecah menjadi 2 (dua) mazab besar, yaitu Saiwa
dan Waisnawa. Mazab Saiwa: Karma Kanda, ritual, kitab Brahmana, memuja Tri
Murti. Mazab Waisnawa (Wedantis): Jnana Kanda, menolak ritual, warna, dan
kekuasaan Brahmana. Kaum Brahmana melarang pembacaan kitab suci Weda untuk
umum, karena takut salah tafsir terhadap kitab suci Weda. Larangan ini membuat
para Wedantis membuat kitab suci baru yang disebut: Pancama Weda, seperti:
Ramayana, Mahabharata, Bhagawad Gita. Demikian juga kitab-kitab Upanisad
disempurnakan; misalnya: Sad Darsana: Samkhya, Yoga, Nyaya, MImamsa, dan
Wedanta. Kitab Brahmana: Kalpa Sutra, Grihya Sutra, Dharma Sutra dan
sebagainya.
2. Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Nusantara
Menurut Gonda
(1973),Agama dan kebudayaan India untuk pertama kalinya diintroduksikan ke
pulau Jawa oleh seorang brahmana bernama Tritresta bersama pengikutnya.orang
tersebut identik dengan aji saka. Masuknya Agama Hindu dan kebudayaan India itu
ke kepulauan Nusantara diperkirakan pada abad ke satu Masehi. Tahun
kedatangannya itu yaitu pada tahun 78 Masehi, jadikan tahun pertama penanggal
saka (Pandit dan Tamba, 1995)
Yang mula-mula dikembangkan adalah
aliran Siwa oleh Rsi Agastya jauh sebelum tahun tersebut, penanggalan tahun
Saka sendiri di India memang sudah ada. Di samping tahun saka tersebut, india
sudah memiliki beberapa penanggal tahun lainnya.Demikianlah Brahmana Tristresta
yang diidentikkan dengan Aji Saka, memang adalah yang membawa semua
kekayaankeagamaan ke Nusantara, sesuai dengan arti namanya. Demikianlah
kedatangan aji saka ke nusantara yaitu 78 tahun setelah Masehi, dipergunakan
dalam perhitungan tahun Agama
Hindu di Nusantara, misalnya bila tahun masehi
adalah tahun 2008, maka tahun saka berarti = 2008-78=1930 Saka, Agastya adalah
pembawa paying Siwa, dengan kata lain menjadi pengganti Siwa. Dia memegang
panji-panji Dharma; artinya di amelindungi ajara Buddha (Poerbatjaraka, 1992).
Kedatangan Agama Buddha di nusantara
diperkirakan antara abad ke2-3 setelah masehi. Ini dibuktikan ditemukannya
sebuah arca Buddha di Sempaga (pantai Barat Sulawesi Tengah). Arca tersebut
memperlihatkan ragam seni Arca Amarawati di India Selatan. Daerah Amarawati di
India pernah merupakan pusat pengembangan Agaa Buddha Hinayana, khususnya yang
beraliran Mahasanghika (Wirjosuparto, 1964).
Sekitar tahun
400 Masehi dibuktikan adanya kerajaan-kerajaan Hindu yang pertama di Nusantara,
ialah di Kutai, Kalimantan Timur. Nama raja yang pertama di Kutai adalah Sri
Maharaja Kudunga. Kemudian ia diganti oleh putranya bernama Sri Aswawarman.
Raja ini diganti oleh putranya bernama Sri Mulawarman yang masyur, agama yang
dipeluknya disebut Waprakeswara. Nama ini diJawa berubah menjadi Bapakeswara,
suatu tempat suci, candi untuk memuliakan tiga Dewa Besar yaitu
Brahma-Wisnu-Siwa. Ketiganya disebut juga Tri Murti = berbadan tiga, misalnya
candi prambanan. Mulawarman diyakini memuja ketiga-tiganya, tetapi Dewa Siwa
diberikan tempat tertinggi
(Poerbatjaraka, 1951).
Pada jaman
keemasan Negara Tumapel dan Majapahit, menjadi kebiasaan tidak menyebut kuil
kerajaan dengan nama Isawara, tetapi menggantikannya dengan “pura”. Tidak
menjadi soal , apakah kuil untuk Siwa ataupun Buddha. Kebiasaan ini masih
berlaku di Bali hingga kini. Juga di luar Bali yang penduduknya beragama Hindu.
Kerajaan pertama di seluruh Jawa bernama
kerajaan Aruteun letaknya di Jawa Barat, didekat kota Bogor sekarang. Kata
Aruteun dalam logat Cina terdengar holotan, transliterasi Cina. Tidak
mengherankan demikian, sebab dalam abad ke lima itu, kerajaan aruteun tersebut
beberapa mengirimkan utusan ke Negeri Cina (Muljana, 1980). Kemudian kerajaan
Aureteun diruntuhkan oleh Kerajaan Taruma Negara. Secara Singkat dibawah ini
diuraikan mengenai kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Nusantara diantaranya:
1.
Kerajaan
Kutai
di Kalimantan timur tahun 400 M (Kerajaan Hindu), Raja yang pertama, Kudungga,
Raja yang terkenal : Mulawarman
2.
Kerajaan
Tarumanegara
di Jawa Barat tahun 500 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Purnawarma.
Raja yang terkenal : Purnawarma.
3.
Kerajaan
Kalingga
di Jepara (Jawa Tengah) tahun 640 M (Kerajaan Budha)
Raja yang terkenal : Ratu Shima.
Raja yang terkenal : Ratu Shima.
4.
Kerajaan
Mataram Hindu
di Jawa Tengah tahun 732 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama : Sanjaya, Raja yang terkenal : Balitung
Raja yang pertama : Sanjaya, Raja yang terkenal : Balitung
5.
Kerajaan
Sriwijaya
di Palembang abad VII (Kerajaan Budha), Raja yang pertama : Sri Jaya Naga, Raja
yang terkenal : Bala Putra Dewa
6.
Kerajaan
Medang
di Jawa Timur abad IX (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Empu Sendok.
Raja yang terkenal : Empu Sendok.
7.
Kerajaan
Kahuripan
di Jawa Timur tahun 1073 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama dan terkenal : Airlangga
Raja yang pertama dan terkenal : Airlangga
8.
Kerajaan
Kediri
di tepi Sungai Berantas Jawa Timur abad XII M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama : Jaya Warsa, Raja yang terkenal : Jaya Baya
Raja yang pertama : Jaya Warsa, Raja yang terkenal : Jaya Baya
9.
Kerajaan
Singasari
di Jawa Timur tahun 1222 - 1292
Raja yang pertama : Sri Rajasa (Ken Arok), Raja yang terkenal : Kertanegara (Joko Dolok)
Raja yang pertama : Sri Rajasa (Ken Arok), Raja yang terkenal : Kertanegara (Joko Dolok)
10.
Kerajaan
Majapahit
di Delta Brantas tahun 1293 - 1520 (Kerajaan Hindu), Raja yang pertama : Raden
Wijaya, Raja yang terkenal : Hayam Wuruk, Raja yang terakhir : Brawijaya
(Kertabumi), Patih yang terkenal : Gajah Mada
11.
Kerajaan
Pajajaran
di Priangan (Jawa Barat) tahun 1333 (Kerajaan Hindu), Raja yang terkenal : Sri
Baduga Maharaja, Raja yang terakhir : Prabu Sedah
Tags:
Tattwa
0 komentar: