Kalender Bali Online

Rabu, 03 Oktober 2012

Dharma Gita

Diposting oleh Unknown at Rabu, Oktober 03, 2012


Sravanaam Kiirtanam Visnoh
Smaranam Pada sevanam.
Archanam Vandanam Dasyanam.
Sakhyanam Atmanivedanam.
(Bhagavata Purana. VII.5.23)

Maksudnya:
Ada sembilan cara berbhakti kepada Tuhan yaitu Sravanam, Kiirtanam, Smaranam, Padasevanam, Archanam, Vandanam, Dasyanam, Sakhyanam dan Atmanivedanam.

            Sembilan cara untuk berbakti kepada Tuhan sebagaimana dinyatakan dalam Sloka Bhagavata Purana yang dikutip dalam tulisan ini sesungguhnya sudah sangat mentradisi dalam kehidupan beragama Hindu di Indonesia (Bali). Cuma ada sementara umat yang belum tahu di mana hal itu diajarkan. Berbakti kepada Tuhan dengan mendengarkan cerita-cerita keagungan Tuhan disebut Sravanam.
            Raja Parikesit mencapai kesempurnaan setelah mendengarkan cerita-cerita tentang keagungan Tuhan dari Resi Suka dengan penuh rasa bakti. Demikian juga Prahlada mencapai kesempurnaan dengan melakukan Smaranam artinya terus-menerus ingat pada Tuhan dengan penuh rasa bakti. Dewi Laksmi juga mencapai kesempurnaan dengan memijit-mijit Padmakaki Batara Wisnu yang sedang telentang di atas Nagasesa di tengah lautan.
            Dalam tradisi umat Hindu di Bali disebut dengan istilah "Tirtha Wangsuhpada" saat melakukan pemujaan pada Tuhan di suatu pura. Raja Satyawreta mencapai kesempurnaan dengan melakukan bakti pada Tuhan dengan cara Archanam. Resi Suka pun mencapai Moksha dengan melakukan Vandanam yaitu menceritakan keagungan Tuhan dengan penuh rasa tulus dan bakti.
            `Hanoman berbakti kepada Sri Rama dengan mengabdikan dirinya dengan penuh bakti. Hal ini disebut Dasyanam. Dalam tradisi Hindu di Bali disebut "Ngayah". Arjuna pun mendapatkan kecermalangan hidupnya dengan dekat penuh bakti pada Sri Krisna bagaikan sahabat. Hal ini disebut Sakhyanam. Demikian juga Raja Bali dengan menyerahkan seluruh dirinya secara total (Atmanivedanam) kepada Wisnu dalam wujud anak cebol bernama Wamana.
            Selanjutnya cara bakti yang sangat populer dilakukan oleh umat Hindu adalah dengan melantunkan kidung-kidung suci memuja Tuhan. Cara berbakti pada Tuhan dengan melantunkan kidung-kidung suci itu disebut Kiirtanam dalam kitab Bhagawata Purana dan Bhajan dalam kitab Bhagawad Gita. Metode membina rohani umat Hindu dengan melantunkan Kidung-kidung suci itu disebut Dharma Gita dalam enam metode pembinaan umat Hindu yang ditetapkan oleh Parisada Hindu Dharma Pusat. Kiirtanam atau Dharma Gita itu memiliki dimensi yang luas dalam mengembangkan kualitas kerohanian umat Hindu.
            Setidak-tidaknya ada dua hal yang dapat diambil maknanya dengan Dharma Gita tersebut. Pertama, dengan Dharma Gita umat mendapatkan banyak tuntutan ajaran Hindu. Karena dalam Dharma Gita itu banyak ajaran dan keagungan Tuhan diceritakan. Karena itu di Bali populer dengan istilah ''Melajah Sambilang Magending''.
            Apalagi Dharma Gita itu diwujudkan dalam berbagai bahasa. Seperti bahasa Sansekerta dalam mantra-mantra Veda dan sloka-sloka Bhagawad Gita. Bahasa Jawa Kuna dalam berbagai bentuk kekawin yang disebut "Sekar Agung". Bahasa Jawa Tengahan dalam kidung-kidung yang disebut "Sekar Madia" dan berbagai Geguritan yang disusun dalam bahasa daerah Bali yang indah. Semua yang dilantunkan atau Kiirtanam itu memberikan umat ajaran suci Hindu untuk didayagunakan menuntun hidupnya di dunia ini. Yang kedua umat mendapatkan latihan konsentrasi dan meditasi dalam melakukan Dharma Gita tersebut.
            Dengan Dharma Gita itu umat melakukan pemusatan keheningan hati nurani pada keagungan dan kesucian Tuhan. Hal ini dalam ajaran Yoga Sutra disebut Dhyana. Swami Siwananda mengartikan Dhyana itu konsentrasi. Dalam Sarasamuscaya Dhyana artinya terus-menerus memusatkan perhatian pada Tuhan (Siwasmaranam).
            Dari pemusatan perhatian pada keagungan dan kesucian Tuhan itu seseorang akan mendapatkan keheningan jiwa yang mantap. Keheningan jiwa yang mantap itulah disebut Samadhi. Swami Siwananda mengartikannya dengan Meditasi. Proses Dhyana terus menuju Samadhi ini akan dicapai dalam melakukan Dharma Gita apabila Dharma Gita itu dilakukan dengan sikap yang benar.
            Sikap batin dalam melakukan Dharma Gita adalah sikap bakti yang tulus kepada Tuhan. Kalau Dharma Gita itu dilakukan dengan dorongan nafsu untuk mendapatkan ketenaran dengan pamer keindahan suara maka Dharma Gita itu tidak akan memberikan pahala Dhyana dan Samadhi itu. Kalau mampu menampilkan suara yang indah dan mengagumkan muncullah sifat sombong dan akan meremehkan orang lain yang suaranya dianggap lebih jelek. Hal itu tidak akan memberikan pahala mulia dalam melakukan Dharma Gita.
Artikel by : I Made Kartiada, S.Ag

  • Share On Facebook
  • Digg This Post
  • Stumble This Post
  • Tweet This Post
  • Save Tis Post To Delicious
  • Float This Post
  • Share On Reddit
  • Bookmark On Technorati

YOUR ADSENSE CODE GOES HERE

0 komentar:

Have any question? Feel Free To Post Below:

Archive

 
© 2012 SOFTECHNOGEEK | Modifikasi dan Publikasi Kodokoala. All Rights Reserved.