Kalender Bali Online

Rabu, 10 Oktober 2012

Pandangan Nitisastra dalam mengelola lingkungan

Diposting oleh Unknown at Rabu, Oktober 10, 2012


            Isu tentang lingkungan selalu menarik untuk dibicarakan, baik tentang usaha pelestariannya maupun tentang kerusakannya. Kerusakan dan pencemaran lingkungan sering kali menjadi topik yang sangat serius karena adanya fakta – fakta tentang bencana alam seperti banjir, tanah longsor, polusi udara, sampai pada menipisnya lapisan ozon, sehingga tidak berlebihan apabila saat ini dunia dikatakan tengah mengalami krisis lingkungan.
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Johan Galtung (Triguna,2000 : 96) dunia dilanda krisis kekerasan, krisis penderitaan, dan krisis lingkungan. Krisis tersebut terjadi sebagai konsekwensi logis dari pandangan mordenitas yang menganut paham dualisme antara materi dan roh, yang membuka peluang terjadinya pemisahaan antara manusia dengan lingkungannya. Krisis lingkungan terjadi karena ulah manusia baik disengaja maupun tidak. Dalam pemanfaatan kekayaan alam untuk memenuhi kebutuhan manusia, sering diikuti oleh akibat yang berupa rusaknya lingkungan,apabila dilakukan tanpa kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan. Untuk menanggulanginya, telah dibuat aturan – aturan yang berwawasan lingkungan baik tertulis maupun tidak tertulis. Sebagai salah satu contohnya yaitu Undang – Undang No.4 Tahun 1982, Undang – Undang pokok lingkungan Hidup.
Dalam pasal 1 butir 1 UU No. 4 Tahun 1982 disebutkan bahwa
“ Lingkungan Hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda,daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Selanjutnya dalam penjelasan pasal 1 butir 1 tersebut  disebutkan bahwa : Lingkungan hidup disini, merupakan system yang meliputi lingkungan alam hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta kesejahteraan mahluk hidup lainnya”.

Mengenai pencemaran lingkungan,dalam UU No. 4 tahun 1982 disebutkan dalam pasal 1 butir 7 dan 8 sebagai berikut :
 “Pencemaraan lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan menjadi turun sampai derajat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.

Perusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung, atau tidak langsung terhadap sifat – sifat fisik dan atau hayati lingkungan, yang mengakibatkan lingkungan itu kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan. Dalam agama Hindu juga terdapat konsepsi tentang lingkungan. Konsepsi tersebut tersebar dalam kitab suci baik yang tergolong Sruti, Smrti, maupun dalam manuskrip – manuskrip yang berupa lontar serta kaidah – kaidah yang tidak tertulis. Dalam agama hindu juga diatur tentang bagaimana seharusnya manusia berperilaku terhadap lingkungan.( Januariawan,2004:2). Maka dari itu untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera dan tentram bahkan hanya bersumber dari manusia saja sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang memiliki kelebihan berpikir, bisa membedakan benar dan salah, baik dan buruk serta bisa menentukan tujuan hidupnya,tapi juga dengan memelihara lingkungan hidup bisa juga tercipta kesejahteraan dan ketentraman di jagat raya ini. Karena dengan kelebihan yang dimiliki oleh manusia kadang – kadang dia tidak memikirkan dan memperhatikan lingkungan sekitarnya,dengan begitu banyak kejadiaan – kejadian yang tidak di kehendaki bisa terjadi seperti: longsor, banjir,dan bencana yang lainnya itu semua dikarenakan oleh kecerobohan dan kerakusan manusia dalam menggunakan atau memanfaatkan sumber daya alam dan kurang pedulinya manusia terhadap kebersihan lingkungan dan menjaga kelestarian lingkungan yang menimbulkan banyak bencana yang terjadi di muka bumi.
            Mungkin itu semua dikarenakan manusia tidak sadar tentang hakekatnya dilahirkan sebagai manusia oleh Tuhan dan juga tidak menyadari bahwa dia hidup di dunia ini tidak sendiri, melainkan ada mahluk lain disekitarnya yang menjadi satu kesatuan dalam menjaga keamanan, kesejahteraan dan kemakmuran di dunia.Tuhan menciptakan manusia bukan untuk menghabiskan semua sumber alam untuk kepentingan dirinya sendiri melainkan saling harga- menghargai dan jaga – menjaga satu sama yang lainnya demi terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran. Dengan begitu manusia sebagai ciptaan Tuhan yang tertinggi dan memiliki kelebihan dari mahluk lainnya sudah sepantasnya menjaga keletarian dan kebersihan lingkungan serta mempergunakan dan memanfaatkan segala sumber daya alam sesuai dengan kebutuhan saja, jangan berlebihan sehingga akan membawa dampak yang sangat buruk bagi kelangsungan semua mahluk hidup didunia ini, maka akan tercipta kesejahteraan dan kemakmuran di dunia dan akhirat.
Pada dasarnya ilmu Nitisastra tidak hanya sebagai ilmu kepemimpinan, etika dalam berpolitik atau ilmu pemerintahan, melainkan juga menekankan pada aspek membangun masyarakat sejahtera, begitu pula berisikan ajaran tentang mengelola dan menjaga kelestarian lingkungan. Dalam nitisastra Rsi kautilya amat menekankan pada keseimbangan, pemanfaatan hasil hutan agar hutan itu sebagai sumber perlindungan kehidupan,dan usaha menjaga keseimbangan hutan itu dalam kitab nitisastra/ Artha sastra disebut kupya.(wiana,1993:42). Menyimak perkataan yang dilontarkan oeh Rsi Kautilya di atas bahwa,untuk mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran di jagat raya ini, sangat perlu kita menjaga kelestarian lingkungan, karena lingkungan seperti tanam – tanaman, sungai, pepohonan yang tumbuh di hutan sangat bermanfaat dan membantu kelangsungan hidup mahluk lainnya, serta dengan menjaga kelestarian lingkungan maka bisa mencegah bencana – bencana seperti longsor, banjir, kekeringan dan yang lainnya.
            Dalam Yajurveda LX.I menyebutkan:
             “ Isa vasyam idam sarvam yat kim ca jagatyam jagat,tena tyakna
                Bhunjitha ma grdah kasya svid dhanam”.
Artinya:
 “ Segala sesuatu yang sungguh – sungguh ada, yang bergerak, yang memiliki kehidupan di alam semesta ini, diliputi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Pandanglah dunia yang serba benda itu dengan perasaan tanpa keterikatan, dan janganlah menginginkan kekayaan siapapun    ( milik orang lain), (januariawan,2004:4)”

            Dari kutipan mantra di atas dapat disimpulkan bahwa dalam konsepsi hindu alam diciptakan oleh Tuhan,Tuhanlah sebagai penguasa alam semesta beserta isinya.Bumi dianggap sebagai ibu. Tuhan juga disebutkan meresapi segalanya, berada pada setiap ciptaan di alam semesta atau imanen. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa setiap hubungan manusia baik dengan sesamanya, maupun dengan mahluk lain termasuk alam sekitarnya mempunyai aspek teologis, bermakna penghormatan atau pemujaan atau pemujaan kepada Tuhan, sehingga pelestarian lingkungan merupakan pemujaan kepada Tuhan. Jadi seharusnya alam dijadikan sahabat, bukan dikuasai. Persahabatan ini adalah keseimbangan dan harmonisasi.
Dalam kitab suci Bhagavad Gita III.10. mengungkapkan bahwa inti ajaran Tri hita karana itu adalah membangun kehidupan yang bahagia lahir bathin dengan membangun sikap hidup yang seimbang antara berbakti kepada Tuhan, saling mengabdi pada sesama manusia dan menyayangi alam berdasarkan yadnya, ketiga hubungan berdasarkan yadnya itu merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisah- pisahkan dalam mengelola kehidupan bersama dalam berbagai sektor kehidupan, (Puja,2005:84).
            Kalau kita mencermati ungkapan di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa kita hidup di dunia ini tidak sendiri dan harus saling hormat- menghormati satu sama yang lainnya serta saling menjaga demi keutuhan isi jagat raya ini. Karena semua ciptaan Tuhan memiliki manfaat sesuai dengan kodratnya masing- masing, walaupun diantara ciptaan Tuhan itu manusia yang paling tinggi derajatnya, tapi bukan berarti manusia itu bisa seenaknya menggunakan kelebihan yang dimilikinya, namun dari kelebihan yang dimiliki itu harus mampu menjaga keseimbangan dan menciptakan keharmonisan di dunia ini, dengan jalan menjaga kelestarian lingkungan disekelilingnya yang sangat membantunya dalam menjalani kehidupan, selain itu pula harus berbakti kepada Tuhan.
            Dalam canakya Nitisastra, Sloka 14.menyebutkan bahwa:
“ Seluruh hutan menjadi harum hanya karena ada sebuah pohon dengan bunga indah dan harum semerbak.Begitu juga halnya kalau didalam keluarga terdapat seorang anak yang suputra”.(Darmayasa,1992:64)

            Kalau menyimak isi sloka di atas itu mencerminkan bahwa kelestarian lingkungan itu harus tetap dijaga agar tetap terjaga keindahan dan keharumannya, dengan begitu akan tercipta kesejahteraan dan keharmonisan di dunia, begitu pula dalam sebuah keluarga untuk mendapatkan anak yang suputra, orang tua harus mampu menciptakan suasana yang tentram, damai, nyaman dengan penuh keharmonisan dalam keluarga itu sendiri.          
            Dalam ajaran nitisastra Rsi Kautilya menyebutkan untuk membangun masyarakat yang sejahterta harus bersumber pada tiga basis kemakmuran yaitu: pertanian ( agriculture), peternakan ( cattle breeding), dan perdagangan ( trade). Maka untuk mendapatkan kesejateraan masyarakat tiga hal ini harus diperhatikan dan dikelola dengan baik. Sedangkan dalam Sarasamuccaya 135 dijelaskan, bagaimana tumbuh- tumbuhan dan hewan yang disebut sarwa prani, dilestarikan sebagai sumber tegaknya Catur purusartha, (kajeng,1997:110).
            Dari sloka ini, sarwa prani artinya serba yang hidup, maka untuk mensejahterakan semua mahluk harus melestarikan keseimbangan unsur- unsur alam. Pertanian dan peternakan tidak akan dapat tumbuh dengan subur, kalau tidak didasari oleh alam yang lestari. Tanah, air, iklim, gerak angin, harus harmonis untuk menunjang tumbuhnya suatu usaha pertanian.
            Dalam Bhagavad Gita III,14 ada disebutkan hubungan antara mahluk hidup dengan sumber alam seperti air, (Pudja,2005:87).
            Maka dari sloka di atas ini tampak jelas tata urutan hubungan antara alam seperti air dengan tumbuh- tumbuhan. Tanpa tumbuh-tumbuhan tidak akan ada mahluk yang dapat hidup. Tanpa air pun tak akan ada tumbuh- tumbuhan yang bisa hidup.Air itu yadnya dari alam ciptaan Tuhan, yadnya itulah merupakan karya dari Tuhan. Begitu juga manusia harus beryadnya dalam kebersamaannya melalui wadah Negara untuk berkarya melindungi sumber- sumber alam dalam hubungannya dengan pelestarian alam.
          Begitu pula dalam lontar Manawa Swarga juga ada disebutkan pelarangan, penebangan kayu dan hewan tanpa ijin raja, akan dikenakan denda sampai lima ribu uang yang berlaku pada waktu itu.
Sehubungan dengan pelestarian alam ini dalam lontar Purana Bali disebutkan ada enam upaya yang wajib dilakukan oleh Sang raja bersama rakyatnya untuk kepentingan manusia dan masyarakatnya juga.Enam usaha itu disebut SAD KERTI, (Wiana,1993:44) yaitu : 

1. Atma Kerti
Yaitu usaha untuk menyucikan roh atau atma sebagai sumber kehidupan kita. Kalau kita pahami lebih mendalam Atma Kerti ini, meliputi dua upaya yaitu secara nyata kita menyucikan atma dengan tapa, brata, yoga dan semadhi. Kalau kita ikuti Bhagavadgita III,42 Atma itu harus diperkuat agar dapat menguasai budhi, budhi menguasai manah dan pikiran serta pikiran menguasai indria. Jadi indria, manah dan budhi yang diperkuat secara struktural seperti itu akan dapat memberikan atman yang suci itu menyinari hidup kita dalam bentuk upacara dilakukan dalam bentuk upacara yadnya Atma Wedana.
2. Danu Kerti
 Maksudnya adalah untuk melindungi danau sebagai sumber air yang dapat menyuburkan tanam- tanaman. Di Bali disebutkan adalah kewjiban raja- raja dan masyarakat untuk melangsungkan upacara pakelem kedanau dengan menenggelamkan sesaji terutama banten Bagia Pulekerti. Banten ini lambang permohonan semoga danau sebagai sumber air dapat memberikan kemakmuran material yang dilambangkan oleh banten pulakerti. Sedangkan banten bagia adalah lambang permohonan untuk mendapatkan kebahagian rohaniah. Jadi jelaslah banten Pula kerti ini adalah upaya yang  amat  mulia karena bertujuan memotivasi umat melalui ritual untuk melestarikan sumber- sumber air dan sekaligus menyatakan puji   dan syukur, kepada Tuhan atas diciptakannya air berupa danau.
Dalam lontar Mpu Kuturan, ada disebutkan dilarang kencing, buang air besar di air yang sedang mengalir, air yang dimaksudkan dalam lontar itu adalah sungai.Begitu pula dalam Kitab Manawa Dharmasastra IV,52 dan 56 disebutkan sebagai berikut:
“prayagim prati suryam ca prati samodakad vijam pratigan prativatam ca prajna nasyati mihatah.”(MDS.IV.52)

Artinya:
Kecerdasan orang yang kencing menghadapi api, matahari, bulan, dalam air sungai, menghadapi Brahmana, sapi dan arah angin akan sirna.

“Napsu mutram purisam wa sthi wanam wa samutrajet, Amedhya cipta menyadwa la ritam wa wisamwa.” (MDS.IV.56).

Artinya:
Hendaknya ia jangan melemparkan air kencingnya atau kotorannya kedalam air sungai, tidak pula ludah, juga tidak boleh melemparkan perkataan yang berisi hal- hal yang tidak suci, tidak pula kotoran yang lain, tidak pula darah atau hal- hal yang berbisa.

Demikian tegas sesungguhnya ajaran agama hindu dalam memberikan petunjuk kepada umatnya dalam menjaga kelestarian alam seperti: api, air, angin dan lain- lainnya.menjaga kelestarian itu tidak semata- mata secara pisik material, tetapi juga dijaga dengan cara magis religius dengan ritual keagamaan, untuk menumbuhkan keyakinan umat, betapa sangat pentingnya menjaga kelestarian alam.
3. Wana Kerti
Adalah suatu upaya untuk melestarikan hutan dan gunung, sesuai yang tercantum dalam lontar Purwa Bumi Kemulan, ada sebuah mitologi dimana disebutkan umat manusia di dunia  ini amat resah karena tanahnya tak lagi mampu menumbuhkan tumbuh- tumbuhan, air amat kotor dan tidak dapat membasahi kalau dipakai mandi. Mencermati cerita ini hutan yang tumbuh subur di lereng- lereng gunung berfungsi untuk menahan atau menyimpan air.air yang tersimpan itulah mengalir menjadi sungai. Disamping itu hutan yang menghijau sumber dari pembersih udara.
4. Samudra Kerti
Merupakan suatu upaya untuk mengupacarai samudra sebagai media ritual memohon dan sekaligus menyampaikan terimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas diciptakannya laut. Laut atau samudra adalah suatu wujud alam ciptaan Tuhan yang memiliki banyak fungsi dalam kehidupan di dunia ini. Laut juga berfungsi menyaring udara. Udara yang kotor dari daratan melewati lautan segala kotoran udara itu diserap oleh laut
Dalam konsep hindu laut itu sumber penyucian dan kehidupan. Karena itulah dalam upacara Tawur Kesanga di Bali didahului oleh upacara melasti/ mekiyis.
5. Jagat Kerti
Merupakan suatu kesatuan lingkungan hidup yang utuh dengan segala totalitasnya. Dalam pengertian jagat tidak saja dimaksudkan manusia sebagai mahluk sosial, tetapi juga flora fauna dan unsur pelemahannya. Jagat kerti dimaksudkan adalah menata kehidupan dalam suatu lingkungan tertentu, penataan jagat ini dikalangan umat hindu di Bali dikenal dengan Desa Pakraman.
6. Yana Kerti
Adalah mengupayakan secara lahir bathin pembangunan manusia secara individu. Dalam hal ini untuk membangun masyarakat yang kuat harus didukung oleh individu- individu yang berkualitas. Menurut Bhagavadgita III,42 : “manusia yang berkualitas itu adalah manusia yang memiliki indria yang sempurna”. ( Pudja,2005:103).
Yana kerti dalam pelaksanaannya secara ritual oleh umat hindu, dilakukan dengan melaksanakan upacara manusia yadnya. Upacara tersebut dilakukan mulai manusia diciptakan dalam kandungan sampai lahir dan sampai padanya diadakan upacara perkawinan.Upacara ini bertujuan untuk membedakan manusia, binatang dan dengan tumbuh-tumbuhan dan yang lebih penting lagi agar manusia memiliki tingkat kualitas yang semakin meningkatSecara prinsip upacara manusia yadnya bertujuan untuk memanusiakan manusia itu benar- benar menjadi manusia yang sempurna
 
Banyak orang beranggapan bahwa Nitisastra adalah ilmu politik dan pemerintahan, tapi menurut Dr.Rjendra Misrha pengetahuan nitisastra adalah didactic poem atau Upadesa kavya, yaitu karya sastra yang bersifat mendidik. Pengertian nitisastra harus dibedakan dengan raja niti. Bahwa sebenarnya Raja Niti artinya ilmu politik, ilmu kepemerintahan sedangkan nitisastra merupakan  cara mendidik orang bagaimana bergaul dan bertindak setiap hari terhadap diri sendiri, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta manusia untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera.
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan yang membantu manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Karena lingkungan (alam) merupakan ciptaan Tuhan, maka kelestarian alam lingkungan dijagat raya ini perlu dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya demi terciptanya kesejahteraan dan keharmonisan secara jasmani dan rohaniah. Sehingga perlu adanya keselarasan antara manusia, binatang dan tumbuh- tumbuhan   (lingkungan).  Ketiganya merupakan satu kesatuan ciptaan Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dan harus selalu hidup berdampingan di jagat raya ini.
Dalam ajaran Nitisastra, Bhagavadgita, Sarasamuccaya dan juga kitab yang lainnya juga menegaskan bahwa betapa sangat pentingnya menjaga dan melestarikan alam lingkungan agar terwujudnya kesejahteraan dan keharmonisan di dunia ini, maka sebagai manusia yang memiliki pengetahuan yang bisa membedakan mana yang baik, buruk dan mana yang benar dan tidak sudah sewajarnya menjaga dan menfaatkan semua kekayaan alam dengan selayaknya dan sesuai kebutuhan.untuk menciptakan kedamaian, ketentraman, kesejateraan dan keharmonisan, perlu menjaga atau mengelola lingkungan dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran agama,serta harus mengaplikasikan ajaran Tri hita karana dan Tat Tvam Asi dalam membina kelangsungan hidup di dunia ini.
Artikel by : I Made Kartiada, S.Ag


  • Share On Facebook
  • Digg This Post
  • Stumble This Post
  • Tweet This Post
  • Save Tis Post To Delicious
  • Float This Post
  • Share On Reddit
  • Bookmark On Technorati

YOUR ADSENSE CODE GOES HERE

0 komentar:

Have any question? Feel Free To Post Below:

Archive

 
© 2012 SOFTECHNOGEEK | Modifikasi dan Publikasi Kodokoala. All Rights Reserved.