Kalender Bali Online

Senin, 08 Oktober 2012

Yoga

Diposting oleh Unknown at Senin, Oktober 08, 2012


a.      Pendiri dan sumber ajarannya.
Ajaran Yoga sangat populer dikalangan umat Hindu. Adapun pendiri ajaran ini adalah Maharesi Patanjali.Bagi yang ingin mendalami ajaran kerohanian yoga merupakan salah satu ajaran yang luar biasa dari Maharesi Patanjali kepada siapa saja yang ingin melaksanakan hidup kerohanian. Bila kitab Weda merupakan pengetahuan yang sifatnya teoritis, maka yoga merupakan ilmu yang sifatnya praktis dari ajaran weda. Ajaran ini merupakan bantuan kepada mereka yang ingin meningkatkan diri dibidang kerohanian.
            Adapun sumber ajarannya adalah kitab Yogasutra karya Maharesi Patanjali. Ajaran Yoga sebenarnya sudah terdapat dalam kitab Sruti maupun Smerti, demikian pula pada Itihasa maupun Purana. Setelah buku Yogasutra muncullah kitab-kitab Bhasya yang merupakan buku komentar terhadap karya Patanjali diatas diantaranya Bhasyaniti oleh Bhojaraja dan yang lain-lainnya. Komentar-komentar ini menguraikan ajaran Yoga karya Patanjali yang berbentuk Sutra atau kalimat pendek dan padat.
            Kata Yoga berasal dari urat kata Yuj yang artinya berhubungan, berhubungan dimaksud adalah bertemunya roh individu  (Atma/Purusa) dengan Roh universal yang tidak berpribadi ( Mahapurusa/Paramatman).  Maharesi Patanjali mengertikan Yoga sebagai “Cittawrttinirodha”, yaitu penghentian gerak pikiran.
            Seluruh kitab Yogasutra Patanjali, terbagi atas 4 pada (bagian) yang terdiri dari 194 sutra. Bagian pertama disebut Samadhipada, isinya tentang ajaran Yoga, yakni sifat, tujuan dan bentuk ajaran Yoga. Dijelaskan pula perubahan-perubahan pikiran dan cara pelaksanaan Yoga. Bagian kedua disebut Sadhanapada, isinya tentang pelaksanaan Yoga seperti cara mencapai Samadhi, tentang kedudukan, karmaphala dan sebagainya. Bagian ketiga disebut Wibhutipada, isinya segi bathiniah ajaran Yoga, dan tentang kekuatan gaib yang diperoleh dalam melaksanakan Yoga. Bagian keempat disebut Kaiwalyapada, yang isinya melukiskan alam kelepasan dan kenyataan Roh yang mengatasi alam duniawi.
            Seringkali filsafat Yoga disebut bersama-sama dengan filsafat Samkhya (Samkhyayoga), karena memang filsafat Yoga berhubungan erat dengan Samkhya. Yang terpenting ialah pelaksanaan ajaran Yoga sebagai jalan memperoleh “wiwekajnana”, yaitu pengetahuan untuk membedakan antara yang salah dan benar sebagai kondisi untuk mencapai kelepasan. Kalau diperhatikan hampir semua filsafat Hindu mengenal ajaran Yoga ini.

b.      Sifat Ajarannya
Ajaran Yoga merupakan praktek dari ajaran Samkhya dalam kehidupan nyata. Yoga menerima ajaran Tri pramana dari Samkhya, juga menerima 25 Tattwas Samkhya, dengan menempatkan Iswara (Tuhan Yang Maha Esa) sebgai sumber Purusa dan Prakrti) itu, walaupun hakekat Purusa itu  sama dengan Iswara. Oleh karena itu menempatkan Iswara sebagai sumber kedua prinsip diatas, maka filsafat Yoga disebut bersifat Theistic. Filsafat Yoga juga disebut Saiswara Samkhya (Seswara Samkhya).
 
c.       Pokok Ajaran Yoga
Ajaran filsafat Yoga yang terpenting adalah Citta (pikiran-pikiran). Citta dipandang sebagai hasil pertama dari Prakrti, yang juga meliputi Ahamkara dan Manas. Didalam Citta ini Purusa dipantulkan. Dengan menerima pantulan Purusa, Citta menjadi sadar dan berfungsi. Tiap Purusa berhubungan dengan satu Citta, yang disebut Karana Citta. Karana Citta dapat menguncup atau meluas, tergantung tubuh yang dihuninya, bila pada binatang (lebih kecil) dibandingkan Karana Citta itu menempati tubuh manusia.Jika Karana Citta berhubungan dengan suatu tubuh, maka ia disebut Karya Citta. Tujuan Yoga untuk mengembalikan Citta dalam keadaannya semula, murni, tanpa perubahan sehingga dengan demikian Purusa dibebaskan dari belenggu badan. Dalam kehidupan sehari-hari, Citta disamakan dengan Wrtti, yaitu bentuk-bentuk perubahan Citta dalam penyesuaian diri dengan obyek pengamatan. Melalui aktivitas Citta ini, Purusa tampak bertindak, bergirang atau menderita.
            Perubahan Citta dapat diklasifikasikan kedalam 5 macam yaitu:
1). Pramana, Pengamatan yang benar.
2). Wiparyaya, pengamatan yang salah.
3). Wikalpa, pengamatan hanya dalam kata-kata.
4). Nidra , tidur.
5). Smrti, ingatan.
Pengamatan yang benar hanya melalui Tri Pramana. Aktivitas Citta menimbulkan kecendrungan yang terpendam, yang selanjutnya menimbulkan kecendrungan yang lain. Demikianlah Samsara berbutar, manusia ditaklukkan oleh Klesa, yang terdiri  dari : Awidya (ketidak tahuan), Asmita (keakuan), Raga (keterikatan), Dwesa (dendam) dan Abhinewesa (takut terhadap kematian).
            Untuk dapat terlepasnya Purusa dari ikatan Prakrti, seseorang harus dapat melepaskan Wrtti yaitu dengan melenyapkan Klesa, sebab Klesa merupakan dasar terbentuknya Karma yang menimbulkan Awidya. Jadi dalam hidup manusia terdapat satu rangkaian yang tiada putusnya, yaitu perputaran Wrtti, Klesa. Lepasnya ikatan dapat tercapai melalui pengendalian diri ( Wairagya), sehingga dapat membedakan yang pribadi dan bukan pribadi.
            Sebagai telah disebutkan didepan, Patanjali mengartikan Yoga sebagai berhentinya kegoncangan pikiran. Ada 5 keadaan pikiran. Keadaan ini ditentukan oleh intensitas Sattwam, Rajas dan Tamas Kelima keadaan pikiran itu, ialah :
1.      Ksipta, artinya tidak mau berdiam. Dalam keadaan ini pikiran itu diombangambingkan oleh Rajas dan Tamas dan ditarik-tarik oleh obyek indriya dan sarana-sarana untuk mencapainya. Pikiran melom[pat-lompat dari satu obyek ke obyek yang lain tanp[a mengaso pada satu obyek.
2.      Mudha, artinya lamban dan malas. Ini disebabkan oleh pengaruh tamas yang menguasai alam pikiran. Akibatnya seseorang yang alam pikirannya demikian menjadi bodoh, senang tidur dan sebagainya.
3.      Wiksipta, artinya bingung, kacau. Hal ini disebabkan oleh pengaruh Rajas. Karena pengaruh ini pikiran mampu mewujudkan semua obyek dan mengarahkan pada kebajikan, pengetahuan dan sebagainya. Ini merupakan tahap pemusatan pikiran pada suatu obyek namun sifatnya sementara sebabakan disusul lagi oleh kekuatan pikiran.
4.      Ekagra, artinya terpusat. Disini Citta terhapus dari cemarnya Rajas sehingga Sattwalah yang kuasa atas pikiran. Ini merupakan awal pemusatan pikiran pada suatu obyek yang memungkionkan ia mengetahui alamnya yang sejati sebagai persiapan unutuk menghentikan perobahan-perpemikiran.
5.      Nirrudha, artinya terkendali. Dalam tahap ini berhenti berhentilah semua kegiatan pikiran, hanya ketenanmganlah yang ada. Ekagra dan nirruddha merupakan persiapan dan bantuan untuk mencapai tujuan  akhir, yaitu kelepasan.Ekagra bila dapat berlangsung terus mnerus disebut Samprajnata Samadhi atau meditasi yang dalam, yang padanya ada perenungan kesaadaran akan suatu obyek tyang terang. Tingkatan Nirruddha juga disebut Asamprajnata Samahi, karena semua perubahan dan kegoncangan pikiran terhenti tiada satupun diketahui oleh pikiran lagi. Dalam keadaan dermikian tidak ada riak-riak gelombang kecilk sekaligpun pada permukaan alam pikiran atau Citta itu. Inilah yang dinamkan orang Samadhi Yoga (Nirwikalpa Samadhi).
Ada 4 macam Samprajnata Samadhi (Yoga) menurut jenis obyek renuungannya. Keempat jenis itu, ialah :
-         Sawitarka, ialah bila pikiran itu dipusatkan pada suatu obyek benda kasar, seperti arca dewa atau dewi.
-         Sawicara, ialah bila pikiran itu dipusatkan pada suatu obyek yang halus yang tidak nyata seperti Tan Matra.
-         Sananda, bila pikiran itu dipusatkan pada suatu obyek yang halus, seperti rasa indriyanya.
-         Sasmita, ialah bila pikiran itu dipusatkan pada suatu asamita, yaitu zansir rasa aku yang biasanya roh menyamakan dirinya dengan ini.
Dengan tahap-tahap pemusatan pikiran seperti tersebut di atas, maka ia akan mengalami bermacam-macam alam obyek dengan atau tanpa jasmani dan meninggalkannya satu persatu, hingga akhirnya Citta meninggalkannya sama sekali dan dan orang mencapai tingkat Asamprajnata Yoga (Sawikalpa Samadhi). Untuk Mencapai tingkat ini seseorang harus melaksanakan praktek yoga dengan cermat dan patuh dalam waktu yang lama melalui tahp-tahap yang disebut Astangga Yoga.

d.      Pelaksanaan Ajaran Yoga
Untuk mencapai tujuan Yoga, Yakni kelepasan (Moksa), maka Patanjali dalam bukunya Yogasutra menjelaskan adanya beberapa langkah yang harus ditempuh, yang disebut Astanggayoga, yang merupakan 8 jalan atau tahapan untuk mencapai tujuan tersebut di atas, sebagi berikut :
1.      Yama, yang terdiri dari :
-         Ahimsa (tidak mmbunuh / menyakiti makhluk hidup).
-         Satya (jujur dalam tri kaya).
-         Asteya (tidak mencuri).
-         Brahmacarya (mengendalikan nafsu sex).
-         Aparigraha (tidak menerima pemvberian yang tidak penting dari orang lain).
Kata yama artinya pengendalian diri.
2.      Niyama. Kata niyama berarti pengendalian dtingkat lanjut, terdiri dari :
-         Sauca, artinya suci lahir batin.
-         Santosa, artinya puas dengan apa adanya.
-         Tapa, tahan uji terhadap berbagai gangguan.
-         Swadyhaya, tekun belajar keTuhanan.
-         Iswarapranidhanan, memusatkan pikiran dan bhakti kepada Tuhan yang Mahaesa.
3.   Asana. Asana artinya suikap-sikap tubuh bermanfaat untuk meditasi, kesehatan tubuh dan ketenangan pikiran seperti Padmasana, Bajrasana, Sawasana dan lain-lain.
4.   Pranayama, artinya pengaturan nafas. Pranayama terdiri dari pemasukan nafas (puraka), menahan nafas (khumbhaka) dan recaka (mengeluarkan nafas). Pengaturan nafas berguna untuk memusatkan pikiran.
5.   Pratyahara, artinya menarik indriya dari wilayah sasarannya dan menempatkannya dibawah pengawasan pikiran. Hal ini memerlukan latihan yang lama.
6.   Dharana, memusatkan pikiran pada sasaran yang diinginkan. Sassaran yang diingini itu boleh bagian-bagian  tubuh sendiri seperti ; antara dahi, boleh juga diluar tubuh seperti titik hitam, bulan atau bintang dan lain-lain.
7.   Dhyana. Dhyana berarti aliran pikiran yang tenang pada obyek tak tergoyahklan oleh gangguan sekelilingnya. Hal ini menyebabkan orang memiliki gambaran yang jelas tentang bagian-bagian dan aspek obyek renungan.
8.   Samadhi. Inilah tahap  yang terakhir dalam pelaksanan ajaran yoga. Dalam Samadhi pikiran telah lebur menyatu dengan obyek dan tidak ada kesadaran akan tubuhnya sendiri. Dalam Dhyana antara gerak pikiran dengan obyek renungan masih terpisah, namun dalam semadhi sudah tidak ada.
Pelaksanaan Yama dan Niyama merupkan peresiapan etis, Asana, Pranayama dan Pratyahara merupakan persiapan badani. Kelimanya tersebut merupakan pertolongan yang tidak langsung atau dari luar, yang disebut Bahiranga, sedang samadhi merupakan pemusatan. Ketiganya ini merupakan pertolongan dari dalam atau langsung yang disebut Antaranga.
            Tuhan Yang Maha Esa dalam Samkhya adalah obyek dari Bakti yang patut disembah dalam praktik Yoga. Tuhan Maha Suci akan dapat ditemui melalui kesucian lahir dan batin. Tuhan  (Iwara) dikenal dengan Wijakasara Om, atau Pranawa.
Artikel by : Drs. I Wayan Lipur, M.Si

  • Share On Facebook
  • Digg This Post
  • Stumble This Post
  • Tweet This Post
  • Save Tis Post To Delicious
  • Float This Post
  • Share On Reddit
  • Bookmark On Technorati

YOUR ADSENSE CODE GOES HERE

0 komentar:

Have any question? Feel Free To Post Below:

Archive

 
© 2012 SOFTECHNOGEEK | Modifikasi dan Publikasi Kodokoala. All Rights Reserved.